Selasa, 20 Oktober 2009

Piramida Di Eropa Peninggalan Purbakala

ImageBaru-baru ini arkeolog dari Eropa Timur menemukan gugusan piramida pertama yang ditemukan di sebuah lembah di Bosnia Tengah : di antaranya ada 2 gugusan kembar yang berbentuk piramida : arkeolog Jerman juga pernah menemukan sebanyak 24.000 barang-barang kerajinan jaman Neolitikum (zaman batu baru) di sekitarnya : para ahli menduga benda-benda tersebut kemungkinan merupakan peninggalan kaum Illyrian nenek moyang bangsa Albania.

Menurut laporan (harian Xinjing), penyelidikan arkeologi yang menghabiskan waktu 6 bulan yang dipimpin oleh arkeolog Bosnia Semiru Osmanagicovi, mendapati bahwa di Bukit Visocica juga terdapat piramida peninggalan manusia purbakala.

Bukit yang mirip piramida

Semiru Osmanagicovi menemukan lagi sebuah bukit lainnya yang berbentuk piramida di sekitarnya, ia melukiskan seperti piramida kembar di Amerika Latin, dua piramida melengkung menjadi sebuah pintu di pintu masuk lembah, sebuah lambang matahari, dan sebuah lambang bulan.

Piramida adalah lambang peradaban kuno bangsa Mesir, namun hasil penyelidikan arkeologi berulang kali menemukan bangunan yang mirip piramida di Amerika Tengah dan kawasan lainnya.

Semiru Osmanagicovi pernah menyelidiki sejumlah besar piramida yang terpendam di pegunungan di Meksiko, Peru dan kawasan lainnya, selanjutnya ia mengubah haluan ke kampung halamannya di Balkan. Bukit Visocica dengan tinggi 645 meter, selama ini dianggap mempunyai pemandangan alam yang unik, tampilan yang mirip bentuk piramida, namun berbeda dengan susunan batu raksasa piramida di Mesir, piramida yang satu ini diselimuti pepohonan.

Lima bukti yang membenarkan adanya piramida

Visoko, sebuah kota kecil yang terletak di Barat laut ibu kota Bosnia Sarajevo, memiliki sejarah yang tua, dan hingga kini reruntuhan Kota Visoko abad pertengahan masih tersimpan di atas puncak bukit.

Kegiatan arkeologi secara resmi baru mulai dilaksanakan pada musim panas tahun ini, setelah diteliti selama 6 bulan, Semiru Osmanagicovi mendapati ada lima faktor penting yang dapat membuktikan bahwa di dalam bukit ini terpendam piramida, dan merupakan piramida kembar.

Pertama menurut Semiru Osmanagicovi, bahwa lapisan beton yang kasar merupakan faktor utama, ini adalah bahan batu tuang yang bersejarah, namun, sekarang adalah bagian dari bukit, dan sudah ada sejak dulu, orang dulu mungkin merombak bentuknya, dan menutupnya dengan batu tuang.

Kedua Semiru Osmanagicovi juga mendapati adanya teras simetri di bukit itu. sehingga ia memastikan bahwa manusia jaman dulu pernah mengolah bukit tersebut, dan semuanya dilapisi dengan batu hampar yang di ambil dari alam. Dan yang ketiga adalah, permukaan bukit terdiri dari empat bidang, lagipula ke empat bidang yang miring itu mengarah ke sebuah titik utama, persis sekali dengan bangunan piramida. Keempat, ada pintu masuk yang rumit, di antaranya di sisi utara merupakan pintu masuk utama. Dan terakhir, ada saluran bawah tanah, sangat mirip dengan saluran bawah tanah piramida di Mesir, Meksiko dan kawasan lainnya.

Menurut Semiru Osmanagicovi, bisa dipastikan bahwa di bukit Visocica terpendam sebuah piramida, dan sejak dulu penduduk setempat menyebut bukit Visocica sebagai piramida. Arkeolog juga pernah menemukan barang-barang kerajinan tangan yang bersejarah 7.000 tahun di Visoko.(erabaru.net)*

Ditulis dalam Peristiwa Heboh. Tag: , , , .
Kembali ke Zaman PurbaApr 3, '07 11:39 AM
for everyone

Di zaman purba dulu, entah Megalitikum, Paleolitikum, Mesolitikum, atau apalah, manusia menghalalkan segala cara untuk bertahan hidup. Bahkan membunuh. Obyek buruan yang tak se-melimpah di era modern, membuat mereka saling sikut, saling melukai, dan saling bunuh, untuk memperoleh apa yang mereka inginkan, yang mereka butuhkan.

Di era modern saat ini, manusia malah juga menghalalkan segala cara untuk meraih kebahagiaan hidup. Bahkan membunuh. Obyek buruan yang seolah telah disediakan oleh alam yang ramah, tak membuat mereka hidup damai. Malah saling sikut, saling melukai, saling bunuh, untuk memperoleh lebih dari apa yang seharusnya telah cukup untuk memenuhi apa yang mereka inginkan, yang mereka butuhkan.

Di zaman purba dulu, manusia memakai apa yang disediakan alam untuk menutupi tubuhnya, sekadarnya. Bahkan telanjang bulat. Bahan alam yang tak se-melimpah di era modern, dan peralatan yang sangat primitif, membuat mereka harus beraktivitas dengan busana yang sangat sederhana, bahkan dalam ketelanjangan yang sesungguhnya.

Di era modern saat ini, manusia malah berusaha sesedikit mungkin menutupi bagian tubuhnya. Bahkan mungkin ingin telanjang bulat. Bahan alam yang begitu mudah diperoleh dan disediakan oleh alam yang ramah, dan pabrik tekstil yang berdiri megah di setiap kota, tak membuat busana mereka menjadi beradab, bahkan malah berlomba memamerkan perhiasan tubuhnya.

Di zaman purba dulu, manusia memuaskan birahi kepada siapa saja lawan jenis yang mereka temui. Bahkan berganti dan bertukar pasangan. Kapasitas otak dan daya pikir yang masih terbelakang, membuat mereka bertingkah layaknya hewan. Bercinta di mana saja, kapan saja, tanpa peduli orang lain.

Di era modern saat ini, manusia malah juga memuaskan birahi kepada siapa saja yang mereka temui, yang bersedia. bahkan berganti dan bertukar pasangan, atau malah dengan sesama jenis. Kapasitas otak dan daya pikir yang jauh lebih jenius, tak membuat mereka menjadi bermoral. Bahkan bercinta di mana saja, kapan saja, dianggap sebagai gaya hidup masa kini.

Di zaman purba dulu, Kota Bandung adalah sebuah danau raksasa yang membentang luas dari wilayah Jl. Siliwangi hingga Soreang saat ini, dari Parakan Muncang hingga Padalarang saat ini, dengan titik terdalam hingga tigapuluh meter. Tak ada yang bisa ditinggali manusia saat itu, kecuali di barisan pegunungan yang mengepung cekungan bandung saat itu.

Di era modern saat ini, Kota Bandung adalah sebuah dataran tinggi yang menjadi mangkuk raksasa tempat aktivitas hidup manusia. Manusia bisa berdiri dan hidup normal di wilayah yang dulu tak bisa ditinggali, malah kemudian merusaknya dengan berbagai polah, mengotori alam, membuat Kota Bandung menjadi tak nyaman karena setiap turun hujan menjadi digenangi air setinggi pinggang manusia. Kota Bandung mulai kembali menjadi danau aksidental.

Di zaman purba dulu, manusia akhirnya tak mampu bertahan hidup dan melawan kehendak alam yang terus berubah seperti bumi saat ini, dan kelak tak henti ber-evolusi hingga hari kiamat tiba.

Di era modern saat ini, manusia mampu bertahan atas kehendak alam yang bersahabat, namun mereka merusaknya dengan sesuka hati, bertindak sesuka hati, membuat bumi murka dan manusia tak mampu melawannya, hingga kembali (seperti) ke zaman purba...